Nutrisi sebagai terapi adjuvant pada Schizophrenia (world mental health; Living with Schizophrenia)

Nutrition Journal, 10/02/2014  Review Article

image

:mrgreen:Artikel ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan berhungan dengan pentingnya pendekatan Nutrisi 🐟🍼🍗🍅🍌sebagai tambahan pada terapi antipsychotic, termasuk diantaranya adalah; antioxidant dan suplemetasi vitamin B🍀🍃, neuroprotektif, nutrient antiinflamsi, dan berbagai jenis diet lainya. Namun demikian tidak ada satupun dari intervensi ini merupakan satu2x nya jenis terapi yang cocok bagi solusi terapi seluruhnya. Penulis menduga pendekatan individual perlu dilakukan penelitian secara khusus, terutama Schizophrenia yang merupakan gangguan spektrum yang terjadi akibat keterkaitan antara lingkungan dan faktor genetik.🐗

image

😀 Schizophrenia adalah kondisi kronis yang berdampak secara nyata tidak hanya kepada individu dan keluarga🎭, namun gangguan ini juga memiliki dampak yg lebih luas terhadap masyarakat khususnya berhubungan dengan faktor pembiayaan 📈yang nyata terhadap perekonomian. Prevalensi gangguan ini diperkirakan mencapai 1% dari seluruh populasi dunia, dan hingga saat ini masih sedikit pilihan terapi yang dimiliki.
Strategi terapi yang paling utama adalah dengan pemberian terapi antipsychotic. Meskipun pendekatan ini Baik, 😯namun efikasi dalam memperbaiki gejala negatif nampaknya tidak cukup efektif pada 1/3 populasi dan efek samping obat dapat berakibat berat dan menyulitkan.:oops:
😁 Patofisiologi yang masih banyak digunakan hingga saat ini adalah teori hipotesis Dopamine (DA) yg berkembang sejak tahun 1970, yaitu terjadi hipodomaninergik 📉prefrontal dan hiperdopaminergik 📈subcortical. Namun demikian tidak satupun dari teori ini dapat menjelaskan secara pasti penyebab gangguan produksi DA, oleh karena itu modifikasi hipotesis DA menjelaskan lebih jauh jika hipotesis DA bukanlah satu2xnya jaras yang menyebabkan SR, namun beberapa faktor genetik dan lingkungan dapat mengakibatkan peningkatan fungsi DA pada presynaptik Striatal.
😯 walaupun terapi antipsikotik telah nemberikan hasil yang optimal dan efektif pada mengatasi gejala poaitif, namun memiliki keterbatasan untuk gejala negatif.
😧 selain itu kekurangan dari terapi pengobatan ini, adalah prinsip terapi terutama didasari pada gambaran gejala dan dosis obat saja, padahal hingga saat ini tidak didapatkan suatu kepastian jumlah obat yang masuk ke otak dan korelasi langsung pada gambaran gejala yg dialami pasien.
😕 Bagi pasien yang respon terhadap terapi antipsikotik, tidak menutup kemungkinan untuk mengalami beberapa efek samping obat; seperti:
🌱 gangguan motorik
🍄 hipersalivasi
🍅 gangguan metabolik
🌵 bahkan hal yang fatal seperti neuroleptik malignant syndrome
😐 lebih jauh, sekitar satu per tiga pasien SR tidak memberikan respon pada pengobatan antipsikotik, baik pemberian obat saja maupun bersamaan dengan psikoterapi.
😆Namun demikian pada akhir2x ini sejumlah proses patofisiologis SR telah berhasil diidentifikasi pada kelompok Schizophrneia, termasuk ;
🏭stress oksidatif
🏡 metabolisme karbon tunggal, dan
🐽 respon mediasi immun atypical.
:DSehingga tisak selalu berhubungan dengan hipotesis DA.

image

:mrgreen: oxidative stress & keuntungan suplementasi Oxidative stress (OS) terjadi jika mekanisme pertahanan OS organisme tidak mampu menjaga keseimbangan dari produksi reactive oxygen species (ROS) & reactive nitrogen species (RNS), yang merupakan hasil normal dari metabolik oksidative. Saat ini didapatkan banyak bukti memperlihatkan terjadinya oksidative stress pada pasien SR. :Dpenelitian2x terkini memperlihatkan bukti2x terbaru; disregulasi metabolisme radikal bebas,  khususnya perbuhan performance dari sistem antioksidan enzimatik dan nonenzimatik yang didapatkan pada pasien SR.  😆OS diketahui sangat berhubungan dengan  sejumlah mekanisme patofisiologi  seperti: 🌟 peradangan
🌟 disfungsi mitokondria
🌟 peroxidasi lipid
🌟 kerusakan DNA & apoptosis (kematian neuron)
🌟hipoaktif reseptor N metil D aspartat
Dari penemuan2  ini, keuntungan tambahan antioksidan sebagai standart terapi SR telah diteliti lebih dalam pada pasien SR, sebagaimana dibahas berikut;
N-acetyl cysteine (NAC)
Glutathione (GSH) adalah antioxidan  dan radikal bebas yang sangat penting dan diadapatkan dlm kadar yang rendah pada Otak pasien SR.  Namun demikian suplementasi oral GSH tidak memperlihatkan peningkatan kadar yang nyata dibandingkan pemberian N-Acetyl Cysteine (NAC) yang menjngkatkan secara nyata peningkatan kadar gluthation plasma pada pasien SR. Case study; wanita 👧24 tahun yang mengalami SR Paranoid kronis dan memburuk; dan tidak responsive terhadap pengobatan antipsikotik. Dilakukan Pemberian tambahan suplementasi NAC secara nyata memperbaiki gejala2x pasien dalam 7 hari. Pada gejala2x spesifik SR, nampak perbaikan dalam spontanitas, kemampuan sosial, dan hubungan keluarga. Penelitian lainnya sebuah Randomized  control tryal yang melibatkan 42 pasien SR yang sedang mengalami gejala fase akut SR, secara ramdom diberikan hingga 2g/ hari NAC dan 6g resperidon/ hari selama 8 minggu sebagai terapi tambahan; secara nyata memperbaiki gejala negatif yang didapatkan pada kelompok yang aktif menggunakan NAC dibandingkan kontrol, namun tidak didapatkan perbedaan yang nyata pada gejala positif.

image

Alpha Lipoleic Acid (ALA)
Alpha Lipoleic Acid (ALA) adalah jenis antioxidant kuat yang memiliki kemampuan menembus sawar darah otak dan memberikan efek yang serupa dengan GSH. Penelitian-penelitian terkini memperlihatkan suplementasi ALA dapat mengurangi efek samping pemberian anti psikotik terutama peningkatan berat badan. Kim et al, menuliskan ALA dapat menekan peningkatan berat badan dengan memodulasi aktivitas adenosine monophosphate protein kinase pada jaringan perifer pasien2x SR yg mendapatkan terapi antipsikotik; sebagaimana enzyme ini berperan pada homeostasis energy seluler. Pada penelitian Case serries; 5 individu dengan SR yang mendapatkan ALA selama 12 minggu, partisipan secara nyata mengalami penurunan berat badan dan kadar kolestrol total berkurang & peningkatan energy mencapai 60%. Namun demikian, gejala SR tidak didapatkan berkurang pada masa follow up, dibandingkan baseline.
Melatonin (N-acetyl-5-methoxytryptamine)
Melatonin adalah zat alami yang berperan penting dalam mengatur siklus tidur-bangun (cyrcardian rytm)& merupakan antioxidan kuat yang memiliki efek langsung menghilangkan radikal bebas dan menstimulasi enzym2x. Melatonin juga berperan dalam meningkatkan GSH intra seluler dan menstabilkan membran2x sel. Pelepasan melatonin malam hari didapatkan berkurang pada pasien2x SR yang telah bebas pengobatan dan tidak mengalami peningkatan setelah dilakukan lemberian obat2x an antipsikotik. Hal ini dapat menjelaskan insomnia merupakan gejala awal dari SR.  Pada RCT dari 19 pasien yang mendapatkan suplementasi melatonin selama 7 minggu, melatonin secara nyata dapat memperbaiki siklus tidur, memperbaiki mood, serta memperbaiki aktivitas sehari2x secara nyata. Namun demikian perbaikan ini tidak swcara nyata memperbaiki gejala2x utama SR.
Oleh karena hal2x diatas beberpa penelitian menyimpulkan perlu mempertimbangkan melatonin dalam patofisiologi SR, sehingga perlu penelitian lebih mendalam utk mengetahui peran melatonin dalam terapi SR.
Vitamins C and E
Vitamins C (ascorbic acid) and E (a-tocopherol) adalah antioxidan  nonenzymatic dietary yang berperan mengatasi Radikal bebas pada pasien SR, dengan cara  memecah rantai radikal bebas. Pada beberapa penelitian menunjukan menurunnya kadar vit C pada pasien SR, serta perbaikan gejala pada suplementasi vit C dibandingkan placebo. Vit E, didapatkan memperbaiki tardive dyskinesia pada pasien SR.
Essential polyunsaturated fatty acids (PUFAs)
Asam lemak menyusun kurang lebih 50-60% dari berat kering otak manusia dewasa. Dimana 35% terdiri dari essential polyunsaturated fatty acids (EPUFAs). EPUFAs adalah komponen yg sangat penting dari fosfolipid yang menyusun membran sel saraf dan menentukan fisiologi dan fungsi otak.

image

EPUFA diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya SR sejak awal tahun 1990 an; sejak didapatkan rendahnya kadar EPUFAs pada membran sel darah merah dan membran sel otak penderita SR. Meskipun penyebab rendahnya kadar PUFA pada pasien SR ini terus menjadi perdebatan, namun penelitian Suplementasi EPUFA pada pasien SR telah banyak dilakukan dan didapatkan suplementasi EPUFA 700 mg (480 mg EPA & 220 DHA) bersama2x dengan Vit E, memberikan penurunan gejala psikotik yang nyata dibandingkan kontrol.
metabolisme karbon tunggal dan vit B B

image

Reaksi metilasi saat ini dikenal secara luas berperan besar pada berbagai mekanisme biokimkawi. Pada awalnya penyimpangan kandungan metilasi diduga berperan dan berdampak pada terjadinya gangguan mental dan saat ini dikenal sebagai hipotesis karbon tunggal pada SR. Saat ini ditemukan peningkatan kadar homocyateine (toxic asam amino yang dihasilkan selama proses metilasi abnormal) didapatkan meningkat pada individu dengan SR. Area utama yang diduga berperan sebagai etiology SR adalah adanya hubungan metabolisme karbon tunggal baik gagal/abnormal sintesis, terjadinya ggn regulasi gen, fluiditas membran, fungsi synaptic, dan sintesa neurotransmitter.

image

😤 KESIMPULAN
🍠 Hipotesis dopamin bukanlah satu2xnya teori penyebab terjadinya SR
🍳penelitian2x menunjukan besarnya peranan faktor lingkungan dan nutrisi dalam terjadinya gangguan neurokimiawi di otak.
🍎dari berbagai penelitian pemberian SUPLEMENTASI; ANTIOXIDAN & VITAMIN sebagai terapi tambahan, berperan besar dlm perbaikan gejala SR.
                        So……….
🍓Healthy Food ⏩ Healthy brain..

SEMOGA BERGUNA…
Disadur dari Nutritional Journal 2014,13:91 ( Nutritional interventions for the adjunctive treatment of schizophrenia: a brief review)
Megan Anne Arroll1*, Lorraine Wilder2 and James Neil2

By. Dr. Manoe Bernd P. SpKJ.MKes.

Leave a comment